Jarum-jarum di jam
tangan saya serentak merambat ke arah pukul 6 sore. Hari ini cuaca sangat cerah
dan meski waktu sudah beranjak ke petang, tetapi terangnya mentari seolah
seperti masih tengah hari. Seharian sang mentari bersinar tanpa penghalang awan
sama sekali, menyorot tajam di bumi Fairytale Chimney ini. Untungnya angin
sejuk pegunungan seolah mem-balance-kan
suhu di dataran ini. Musim panas yang indah dan pas sekali untuk menikmati
semua yang ada di sepetak sisi bumi yang ini.
Saya duduk dalam diam
dan menyerap semua yang terjadi di sekeliling saya. Suara bocah-bocah berlari
dan tertawa; obrolan para pria dan wanita yang asik duduk bercengkrama sembari sesekali menyesap cay dan menghisap rokok di tangan mereka. Suara deru kendaraan
bermotor yang lewat, kibasan ekor dari seekor anjing tambun yang berjalan
santai melewati saya. Menyerap kenikmatan naungan teduh dari pohon-pohon besar
yang berdiri kokoh di sisi-sisi luar kumpulan bangku taman kayu yang diatur membentuk
kotak saling berhadapan dengan square
lapang kecil di tengah-tengahnya. Menyerap desiran angin yang sejuk membelai
kulit telanjang saya, yang agak perih akibat terbakar matahari. Memandang tanpa
penghakiman kepada pohon-pohon willow besar yang melambai-lambaikan
ranting-ranting berdaunnya sepanjang sisi-sisi sungai kota yang tampak mengering.
Ini adalah moment-moment terakhir saya di Goreme, Cappadocia (Kapadokya), Turki.
Pukul 8 malam nanti, saya dan ketiga teman seperjalanan akan melanjutkan kisah
Jelajah Turki kami ke Pamukkale.
“Saya di Turki, saya di
Kapodakya” benak saya kembali menghentak, “Inilah saya yang hidup, inilah diri
saya yang sesungguhnya.”
Read more »