Quantcast
Channel: little moment like this
Viewing all 100 articles
Browse latest View live

Jelajah Turki - Goreme, Cappadocia

$
0
0





Jarum-jarum di jam tangan saya serentak merambat ke arah pukul 6 sore. Hari ini cuaca sangat cerah dan meski waktu sudah beranjak ke petang, tetapi terangnya mentari seolah seperti masih tengah hari. Seharian sang mentari bersinar tanpa penghalang awan sama sekali, menyorot tajam di bumi Fairytale Chimney ini. Untungnya angin sejuk pegunungan seolah mem-balance-kan suhu di dataran ini. Musim panas yang indah dan pas sekali untuk menikmati semua yang ada di sepetak sisi bumi yang ini.

Saya duduk dalam diam dan menyerap semua yang terjadi di sekeliling saya. Suara bocah-bocah berlari dan tertawa; obrolan para pria dan wanita yang asik duduk bercengkrama  sembari sesekali menyesap cay dan menghisap rokok di tangan mereka. Suara deru kendaraan bermotor yang lewat, kibasan ekor dari seekor anjing tambun yang berjalan santai melewati saya. Menyerap kenikmatan naungan teduh dari pohon-pohon besar yang berdiri kokoh di sisi-sisi luar kumpulan bangku taman kayu yang diatur membentuk kotak saling berhadapan dengan square lapang kecil di tengah-tengahnya. Menyerap desiran angin yang sejuk membelai kulit telanjang saya, yang agak perih akibat terbakar matahari. Memandang tanpa penghakiman kepada pohon-pohon willow besar yang melambai-lambaikan ranting-ranting berdaunnya sepanjang sisi-sisi sungai kota yang tampak mengering.

Ini adalah moment-moment terakhir saya di Goreme, Cappadocia (Kapadokya), Turki. Pukul 8 malam nanti, saya dan ketiga teman seperjalanan akan melanjutkan kisah Jelajah Turki kami ke Pamukkale.

“Saya di Turki, saya di Kapodakya” benak saya kembali menghentak, “Inilah saya yang hidup, inilah diri saya yang sesungguhnya.” 
Read more »

Jelajah Turki - Pamukkale

$
0
0



Saya membuka mata dan hanya memandang kegelapan di jalanan yang dilalui oleh bus kami. Sesekali kelam itu dinodai dengan setitik cahaya kecil yang semakin lama semakin besar dan dalam sekelebatan, menghilang ke arah yang berbeda. Dengan mengandalkan cahaya remang dalam bus, saya melirik malas ke jam di tangan.

“Hm … masih pukul 3 pagi lebih dikit” dalam hati saya berucap, “masih sekitar 3 jam lagi.”

Bus yang saya tumpangi bersama dengan 3 teman seperjalanan, melaju dengan cepat tetapi tenang, yang sempat menina-bobokan kami satu persatu. Saya kembali memejamkan mata, yang sesaat kemudian kembali terbuka, yakin bahwa saya tidak akan bisa tertidur lagi. Saya lirik teman-teman seperjalanan dan mereka tampak nyenyak sekali.

“Dengerin lagu aja dah,” pikir saya sembari mengambil hp dan mulai memutar lagu di gallerymusic-nya. Menikmatinya lirik dan alunan nada melalui earphone sebagai teman sisa perjalanan ini.  Perjalanan panjang menembus malam, meninggalkan bayangan misterius Kapadokya jauh di belakang untuk menjadi sebuah kenangan yang mungkin nantinya akan menjadi sebuah cerita. Cerita yang akan saya tuturkan kepada siapa saja yang mungkin meminta. Cerita sebuah perjalanan, cerita tentang hidup dan cerita tentang melanjutkan hari-hari dalam Jelajah Turki. Saatnya Pamukkale untuk menorehkan kenangannya.

“Maybe we're perfect strangers, maybe it's not forever. Maybe the night will change us, maybe we'll stay together. Maybe we'll walk away…”
Read more »

Jelajah Turki - Ephesus, Selcuk

$
0
0


Ephesus
Semburat cahaya dari matahari memantul memukau ke arah laut dan langit yang berawan. Tersaput kelambu tirai cahaya keemasan di langit dan perak di permukaan Laut Aegean, dengan bidang horizon sebagai pembatas tengah kanvasnya. Mobil yang kami tumpangi melaju melalui jalanan tepi laut, menyusuri Kusadasi. Jalanan yang memisahkan deretan komersial dengan pasir pantai yang tampak sangat menggoda. Kusadasi, sebuah kota kecil yang ramai dengan jajaran toko, restaurant dan hotel di sepanjang jalan. Sementara di dataran yang sedikit lebih tinggi, nampak tonjolan-tonjolan hunian penduduk yang berjejalan rapi.

Saya duduk di tepi jendela mobil dan tak mau berpaling darinya. Melalui indera mata, saya serap sebisanya apa yang sedang terjadi saat itu di Kusadasi, baik landscape-nya, jajaran toko-tokonya dan hilir mudik insan-insannya. Kami tak punya waktu untuk menjelajah Kusadasi sekarang. Mungkin di masa depan.

Tak lama kami menyusuri Kusadasi. Ternyata 2 orang di mobil travel umum yang sama memang bertujuan akhir di Kusadasi. Lepas itu, mobil langsung bertolak tanpa berhenti lagi menuju ke Selcuk. It’s time for Selcuk untuk menorehkan kenangannya di moment-moment saya dalam Jelajah Turki.
Read more »

Jelajah Turki - Istanbul bagian 1

$
0
0



Mentari masih belum juga menampakkan diri dari benteng-benteng beton sepanjang horizon di ufuk timur. Hanyalah sayap-sayap pijarnya yang mulai menyerbu secara perlahan menuju ke arah langit di barat. Langit pun seolah mati-matian mempertahankan warna biru mudanya dari pijar kilau emas keperakan dari bola api yang terus merangsek dari negeri di timur sana.

Bus yang saya tumpangi dari Selcuk, memasuki terminal bus utama dari kota yang terletak di dua benua ini. Sebuah terminal yang luas dan tampak membingungkan bagi saya. Apalagi ditambah dengan bahasa yang berbeda dan jarang sekali ditemui orang yang bisa berbahasa Inggris. Jikalau ada pun, kemampuannya sangat minim sekali.

Bus Terminal of  Istanbul
Singkat cerita, setelah mati-matian mencoba berkomunikasi, akhirnya keluar juga saya dan 3 teman seperjalanan dari terminal bus, menuju jantung kota dengan sebuah free shuttle mini bus. Dengan cepat pemandangan di luar jendela menjadi semakin kota, ramai dengan orang-orang yang mulai hilir mudik melakukan aktivitasnya.

“Yusufpasa” sang sopir berseru sambil menolehkan mukanya ke kami, “Metro Station” sambil menunjuk ke sebuah stasiun kecil di tengah jalan raya.
“Ok, thank you. Bye” kami berseru balas sambil melangkah keluar dari mini bus.

Kota yang diilustrasikan, kota yang dideskripsikan, kota yang dinyanyikan, kota yang digambarkan oleh banyak seniman dan pujangga dunia, Istanbul. This is it! Kota terakhir dari Jelajah Turki saya.
Read more »

Jelajah Turki - Istanbul bagian 2 (end)

$
0
0



Semilir angin berhembus mencoba membujuk kelopak mata agar menutup dan menghantar jiwanya berkelana dalam dunia lelap. Debur air terhempas ke lambung kapal bercampur dengan suara dari mesin kapal yang halus dan celoteh para penumpang-penumpang kapal ini, menciptakan melodi monoton yang membius. Saya berjuang untuk melawan lelap dalam diam dan mencoba menyerap semua kenikmatan sensasi ini. Saya bahkan enggan untuk bergerak dari bangku yang saya duduki. Meski sesekali saya bidikan camera dengan malas-malasan kepada beberapa obyek yang menarik, tanpa merubah posisi duduk.
 
“Cay? Cay?” seru pramusaji menawarkan gelas-gelas bening mungil berbentuk tulip khas Turki yang berisikan teh panas. Pramusaji-pramusaji ini berkeliling terus tanpa henti membawa segala barang dagangan dari kapal pesiar ini bergerak menuju ke calon-calon pembeli impulsive. Cay, orange juice, penganan lainnya, silih berganti bersliweran sesekali melewati saya secara berkala.

Pemandangan yang ditawarkan oleh jalur kapal pesiar ini sangat menarik dan menggugah rasa ingin tahu. Kantuk yang sempat menggoda, timbul tenggelam dan gagal membuat lelap, terkalahkan dengan pesona Selat Bosphorus dan bangunan serta landscape yang mengapitnya. Ini saatnya Jelajah Turki Istanbul, dilanjutkan. 
Read more »

Kuliner di Turki

$
0
0



Taste dari kuliner di Turki mostly mempunyai cita rasa yang agak flat, terutama bagi kita orang Indonesia yang cenderung suka makanan yang mempunyai cita rasa yang kuat. Oleh karena itu terkadang kebosanan terhadap makanan lokal membuat kita ingin menyantap hidangan yang cenderung familier dengan taste kita, seperti Chinese Food yang biasanya mudah kita temui dimana-mana dibandingkan dengan masakan traditional Indonesia. Di Turki, Chinese food restaurant sangat sulit ditemui. Tentunya ini hanya sebatas di tempat-tempat wisata dan tinggal dalam itinerary saya. Hal ini juga berlaku bagi Asian food lainnya seperti Korea dan Jepang yang biasanya sangat mudah ditemui di Indonesia.

Saya menemukan hanya 1 tempat makan Chinese food di Goreme bernama Hao Mei Mei yang menyajikan menu Chinese food halal, dengan harga standard (nasi goreng mulai dari 12,5 TL) dan rasa yang lumayan enak. Sedangkan di Selcuk dan Pamukkale, kami tidak pernah menemui rumah makan Chinese food. Di Istanbul di daerah Sultanahmet saya juga menemui sebuah restaurant Korea yang menyajikan pula hidangan Chinese food dengan harga yang cukup mahal (ayam asam manis seharga 35 TL) dengan rasa yang lumayan enak, bernama Seoul Restaurant. So, jika ingin ke Turki, khususnya bagi yang makannya agak milih, mesti prepare saos sambal, kecap manis, bon cabe, abon dan lainnya, yang tentunya mudah dan simple bawanya.

Berikut beberapa sedikit gambaran kuliner di Turki. Harga yang diinformasikan murni dari gambaran pengeluaran pribadi pada saat kunjungan pada bulan Agustus 2016. Harga juga bukan merupakan harga umum, melainkan harga pada saat pembelanjaan dilakukan di restaurant dan tempat tertentu. Harga bisa berbeda tergantung dari kota, lokasi, porsi dan kelas dari restaurant yang dituju.
Read more »

24-hour Highlights & Recommendations in downtown Solo, Central Java, Indonesia (English)

$
0
0




Solo is one of the most popular cities in Indonesia, located in Java (Central) Island and has a good reputation as a vacation destination, especially for its local culinary delicacy. Solo is also very popular among Indonesians and foreigners for its Batik clothes. This is not my first visit to Solo, as I lived in Yogyakarta once which is about 1-hour drive to Solo, yet I never really explored Solo.
This time, I had approximately 24 hours to explore Solo (downtown). With 2 friends of mine, we tasted some culinary and looked around couples of interesting destinations around the downtown of this small historical city.

These were my 24-hour highlights and recommended destinations in downtown Solo:
Read more »

Morotai, Sisi Keindahan Lain dari Sepenggal Maluku

$
0
0



“Duh semoga terang terus yah?”
“Gimana kata Pak Her?”
“Katanya sih ujannya biasa sore atau malam gitu, pagi sampe sore biasa cerah”
“Amin dah!”
“Duh, kartu UNO-nya ga dibawa. Cuman bawa yang kartu remi! Gimana dong?”
“Yah udahlah seadanya. Semoga ga harus bengong di kamar karena hujan.”

Sebuah ganjalan paling besar saat saya bersama lima teman seperjalanan bertolak menuju Morotai dari Bandara Sultan Babullah di Ternate. Terbang dengan pesawat jenis ATR, saya mencoba mengintip pemandangan indah di sisi luar jendela sana. Tebaran indah landscape dari Pulau Halmahera dan perairan birunya mendominasi rekam memori saya selama perjalanan melintas langit menuju Morotai.

“Hm semoga 2 hari cukup buat explore Morotai” batin saya, yang masih agak cemas dengan kondisi cuaca. Kecemasan yang segera raib dan menguap saat saya menginjakkan kaki saya di bumi Morotai.
“What the hell! Mau ujan kek, mau badai kek! Yang penting sudah sampe sini” batin saya dengan kebahagiaan yang entah muncul dari mana, sembari melihat polah dari lima teman seperjalanan saya yang asik dengan selfie, IG story recording, foto landscape sampai boomerang recording.

“Ya, gue ada di Morotai and so far cuaca cerah. Let’s moving forward” hentak saya dalam hati.
Read more »

Setengah Hari Jelajah Pulau Tidore

$
0
0



“Masih mau snorkelingan di Ternate ga?”
“Hm terserah sih. Pingin ke Tidore sekalian ga sih?”
“Kudu pilih salah satu, Tidore atau snorkelingan di Ternate?”
“Kata Ela bagus juga lho di Ternate. Banyak Lionfish-nya. Gue belom pernah ketemu lionfish.”
“Ya udah gimana nih?”
“Tidore deh. Biar sekalian Morotai, Ternate dan Tidore.”
“Ya udah. Ntar snorkeling di Ternate pas mampir lagi waktu ke Jailolo.”
“Kapan ke Jailolo?”
“Kapan-kapan! Wacana aja dulu.”

Dan akhirnya diputuskanlah bawa rombongan kami batal menjelajah bumi bawah airnya Ternate. Plan berubah dan waktu 1 hari yang tersisa kami putuskan untuk menjejak di Tidore. Kali ini kami memutuskan menggunakan jasa Tour Agent untuk half day tour ke Tidore. Biaya tentunya jauh lebih mahal dibandingkan jika kami mengurus sendiri. Salahkanlah kemalasan yang mendera.

Tak banyak memang obyek dan tujuan wisata di Tidore, yang meski secara geografis lebih luas daripada Ternate. Dengan ditemani seorang guide, kami pun memulai penjelajahan kami berawal dari Pelabuhan Speed Rum Tidore.
Read more »

Menjelajah ke Pulau Ternate di Akhir Tahun

$
0
0



“Desember lho, masih musim ujan?”
“Udah nanya temen lo yang di Ternate?”
“Udah, katanya ga tentu. Kadang ujan kadang ga. Gimana dong?”
“Cus dah!”

2 atau 3 hari menjelang tanggal keberangkatan,

“Eh ini ticket gue bener kan?”
“Lho! Kok November!”
“What! Beneran salah dong gue beli tiket kemarin?”
“Tanggalnya bener tapi kok bulannya November? Desember!”
“Waduh gimana dong. Duh yah udah gue beli lagi!”

Dan dari kecemasan akan cuaca Desember yang cenderung bercurah hujan tinggi sampai drama salah beli tiket dan drama-drama lainnya, kami berenam jadi juga terbang ke Ternate. Lepas dari segala kendala, ternyata direstui dan diberkati benar perjalanan ke Ternate ini, kata teman-teman seperjalanan. Sepanjang perjalanan kami selama 5 hari 4 malam cuaca sangat cerah dengan panas yang terik, meski dibubuhi hujan ringan ketika subuh atau malam hari. Perfect! Dan inilah cerita saya bersama lima teman pejalan lainnya.
Read more »

Hello Hong Kong - (Day 1) Ngong Ping

$
0
0


More pictures at my Instagram @harry_mdj
Di suatu hari Minggu siang yang cukup panas, hand phone saya berbunyi.

“Halo” jawab saya dengan masih digantungi kantuk.
“Har, gue dapat promo kartu kredit ticket ke Hong Kong nih. Tapi gue ga bisa pergi. Secara tuh tiket cuman buat satu orang. Nah gue kan pasti ama bini. Mana gue ada baby juga nih. trus kepikiran aja kalo satu tiket buat lo aja.”
Kampret, batin saya.
“Hong Kong yah, emang berapaan?” timpal saya dengan malas-malasan.
“Cuman 1,2 juta aja PP pakai Cathay Pacific.”
“What! Okay mau” sontak saya terima tawarannya.

Dan di sinilah saya berdiri pada pagi hari yang dingin, menunggu Airport Express yang akan membawa saya memasuki kota Hong Kong dari Hong Kong International Airport (HKIA). Inilah sedikit coret-coretan akan kesan dan sedikit tips selama di Hong Kong.

PS: ini pertama kalinya saya ke Hong Kong. Well, sebelumnya Hong Kong tidak masuk dalam 10 besar wish list saya akan tujuan traveling.
PS lagi: saya bukan penggila belanja, jadi catatan dan tips ini hanya untuk first time traveller di Hong Kong dan tidak termasuk tempat-tempat belanja branded.
PS lagi season 2: saya ke Hong Kong tanggal 2 sampai dengan 6 Februari 2017, dimana ada satu hari saya akan menjelajah Macau (tidak menginap).
PS terakhir (janji!): itinerary-nya super standard dan santai aka. bukan itinerary pergi pagi balik malam.
Read more »

Hello Hong Kong, (Day 2) Disneyland

$
0
0


More pictures at my Instagram @harry_mdj
Hari berikut menjelang dan untungnya masih dengan cuaca yang cerah meski tetap dingin dengan suhu around 14°. Highlight dari hari ini adalah Hong Kong Disneyland. Dengan berbekal One Day Pass ticket yang sudah dibeli di hotel tempat kami menginap, saya dan 2 teman seperjalanan memasuki dunia Disney. Dunia yang sejak kecil hanya ada dalam angan-angan saya saja. Yeah, it’s like a dream come true bisa ke Disneyland.

Tips:
Jika mau ke Disneyland langsung dari HKIA (hemat waktu banget sih), di Disneyland ada Left Luggage Service aka. tempat penitipan koper/backpack. Di Disneyland (Fire Dept.) juga tersedia sewa stroller (HKD 100 per hari), rain cover (HKD 50 per hari), dan wheelchair (HKD 60 per hari dan HKD 30 per hari jika pemakai berusia minimal 65 tahun).
Belilah ticket Disneyland di hotel karena selain harga biasanya lebih murah (HKD 565), juga tidak perlu antri lagi di ticket counter di Disneyland yang bisa mengular panjang. Harga tiket Disneyland sudah termasuk semua wahana dan show/parade, kecuali makan, minum, snack dan retail/spesific shops.
Untuk ke Disneyland naiklah MTR (Tung Chung Line, destinasi Tung Chung) dan turun di MTR Sunny Bay. Dari sana, lanjutkan perjalanan dengan MTR (Disneyland Resort Line) dan berhenti di MTR Disneyland Resort. Setibanya naiklah satu lantai ke atas dan keluar dari MTR station dan berjalan sedikit sebelum menemui Main Entrance Gate Disneyland.
Read more »

Hello Hong Kong, (Day 3) The Peak

$
0
0


More pictures at my Instagram @harry_mdj


Di hari ketiga, kami menyempatkan diri ke daerah Causeway Bay karena paket data hp teman saya bermasalah, sedangkan pulsa sudah terpotong.

Di Causeway Bay, Keswick Street, kami temui gedung Grapari Telkomsel, Kedutaan Indonesia, kantor cabang Bank Mandiri dan kantor cabang BNI. Di sebelah Grapari malahan ada toko khas Indonesia yang selain menjual produk Indonesia juga menjual kue-kue basah khas Indonesia.

Tips:
Info ini kami dapat dari mbak-mbak baik hati di Grapari, untuk paket roaming di Hong Kong better menggunakan nomor pra bayar dibandingkan dengan nomor Hallo atau pasca bayar.
Untuk ke Causeway Bay, gunakan MTR (Island Line), turun di MTR Causeway Bay dan lanjut berjalan kaki ke Keswick Street .

Dari Causeway Bay, kami kembali ke Kowloon, menuju ke salah satu temple utama di Hong Kong, yaitu Wong Tai Sin Temple atau biasa disebut juga Sik Sik Yuen Temple. Sebuah rumah ibadah untuk 3 aliran agama (Taoisme, Buddha dan Konghucu). Temple ini mulai dibuka untuk umum pada tahun 1956 dan sejak saat itu selalu ramai dikunjungi oleh pengunjung yang biasanya datang untuk berdoa menyampaikan permohonannya.
Bangunan tempat ibadah ini juga konon mewakili lima unsur geomantic, yaitu: logam (Paviliun Perunggu), kayu (Gudang Arsip), air (Air Mancur Yuk Yin), api (tempat suci Yue Heungi dan tempat pemujaan Buddha), dan tanah (dinding tanah).
Read more »

Jelajah Macau - Half Day (The Venetian, Senado Square, Ruins of St. Paul)

$
0
0
more pictures at my Instagram @harry_mdj


“Besok pagian yak bangunnya.”
“OK.”
“Jangan lupa bawa paspor.”
“OK.”
“Perkiraan sih nyampe sana waktu brunch. Kalau takut kelaperan bawa roti deh.”
“OK.”

Sepenggal percakapan saya dan teman seperjalanan yang terjadi malam hari di Café Malty, di daerah Tsim Sha Tsui. Percakapan berlanjut mencoba mengira-ngira bagaimana dan apa yang akan kami temukan di Macau keesok harinya. Segelas beer Asahi menemani kami untuk sedikit menjadikan malam di musim dingin itu sedikit hangat.

Macau. Hm … actually saya tak tahu apa yang bisa saya kunjungi di sana. Sedikit coretan saya ini hanya berkutat di The Venetian, Senado Square, Ruins of St. Paul dan Mount Fortress. Tak seperti kebiasaan turis Indonesia yang biasanya menghabiskan waktu semalam di Macau. Saya dan teman seperjalanan hanya menghabiskan waktu setengah hari saja di sini. Yes! Setengah hari saja. Lebih detail, sekitar 6 jam saja, haha.

Mungkin ada sedikit kesan yang ingin saya share dan tentunya sedikit general tips selama kunjungan di Macau.
Read more »

Weekend Getaway di Bali Timur - Karangasem

$
0
0


more pictures in my Instagram @harry_mdj


“Yes, tanggal kecepit kali ini gue bakalan ngabur haha.”
“Kemana?”
“Bali aja, yang deket-deket.”
“Nyambung ama dinas?”
“Bukan. Pure plesir.”
“Tumbenan lo, mau plesiran ke Bali.”
“Em… lebih ke Nusa Penida-nya sih. Ama belum pernah ke Karangasem di Bali-nya.”

Sekelumit percakapan saya dengan seorang teman yang heran dengan keputusan saya untuk berakhir pekan di Bali. Dia (teman saya ini) cukup mengenal saya dan tahu bahwa Bali selalu menjadi alternative terakhir saya sebagai destinasi liburan. Why?
1.     Terlalu ramai dengan turis baik domestik maupun internasional, sehingga di beberapa tempat menjadi sangat komersil.
2.     Pengalaman kurang enak akan diskriminasi turis domestik, yang sekali atau dua kali saya alami pada kunjungan saya ke Bali sebelum-sebelumnya.
3.     Relative cukup sering ke Bali, karena saya cukup lama berdomisili di Malang (24 tahun to be exact). Pertama kali jelajah Bali di awal tahun 1980-an dengan keluarga dan selanjutnya beberapa kali dengan teman-teman di tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an. Ditambah lagi, selama kerja menjadi internal audit di sebuah perusahaan di Jogjakarta, minimal satu tahun sekali selalu ke Bali untuk audit cabang Denpasar.
4.     Kerjaan sekarang pun masih membuat saya at least sekali dalam setahun berkunjung ke Bali

Apakah saya expert dalam “jalan-jalan” di Bali? Tidak, for sure! Malahan tahunya yang standar-standar jadul. Oleh karena itu, saat 2 orang teman saya (dari komunitas Travel Troopers) mengajak saya berakhir pekan panjang di Bali, maka saya iyakan. Apalagi ditambah dengan embel destinasi-destinasi utama kami ada di Bali Timur (Karangasem) dan Pulau Nusa Penida, yang mana belum pernah saya jejak sekali pun.

Overall, pengalaman plesiran saya di Bali kali ini sangat memuaskan. I love it dan harus saya akui, jadi pingin balik lagi ke Bali untuk mencoba stay di Ubud atau Sanur. Tempting!
Read more »

Nusa Penida - Another side of Bali

$
0
0


More pictures in my Instagram @harry_mdj


Desember 2016,
Pada sebuah hari sabtu yang cerah panas, bertemulah 3 orang dalam tautan hobby yang sama, traveling. Pertemuan yang terselenggara di sebuah café di Kota Tua tersebut sebenarnya hanyalah pertemuan 3 orang sahabat yang kebetulan juga tergabung dalam satu komunitas pejalan yang sama, Travel Troopers. Berawal dari obrolan biasa, berbagi moment-moment perjalanan sebelumnya yang kami lakukan baik bersama maupun sendiri-sendiri akhirnya tercuatlah salah satu destinasi yang sama-sama kami inginkan, bukan prioritas tetapi dekat, yaitu Nusa Penida. Dan tanpa panjang lebar, sehari setelahnya dapat dipastikan kami bertiga akan berangkat ke Nusa Penida pada bulan Mei 2017. Tiket pulang pergi telah terbeli dan kami memasuki masa penantian yang cukup lama.

Nusa Penida adalah sebuah pulau (nusa) kecil di sebelah tenggara Pulau Bali yang beberapa tahun ini mulai melambung namanya dan mulai menggeliatkan bisnis pariwisata alam. Terpisah oleh Selat Badung dari Pulau Bali, Nusa Penida adalah “big brother” dari Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan. Pulau yang masih merupakan wilayah Kabupaten Klungkung (Bali) ini selain menuai decak kagum karena keindahan alam atasnya, juga mempunyai taman laut yang cantik, seperti di Crystal Bay dan Gamat Bay. Pada musim-musim tertentu, Nusa Penida juga merupakan point dari para pencinta Manta dan Mola-mola (Sunfish).

Perjalanan jelajah Nusa Penida kami kali ini mempunyai itinerary 1 hari overland dan setengah hari berikutnya menengok keindahan taman laut Nusa Penida.

***
Read more »

It’s time for LOMBOK TIMUR to be Explored

$
0
0
for more pictures, please check out my Instagram @harry_mdj



5 Hari 4 Malam Menjelajah Pulau Lombok (No Gili): Lombok Timur, Lombok Utara, Lombok Barat, Kota Mataram, Lombok Tengah.

It’s time for LOMBOK TIMUR

YES! Bersama dengan 3 teman seperjalanan dari Travel Troopers, penjelajahan pun dimulai dari menit ke 8 sejak kami melangkah keluar dari Bandara Internasional Lombok. Inilah cerita saya di Tanah Sasak.

Read more »

It’s time for LOMBOK UTARA and LOMBOK BARAT to be Explored

$
0
0


for more pictures, please check out my Instagram @harry_mdj
5 Hari 4 Malam Menjelajah Pulau Lombok (No Gili): Lombok Timur, Lombok Utara, Lombok Barat, Kota Mataram, Lombok Tengah.

It’s time for LOMBOK UTARA dan LOMBOK BARAT

YES! Bersama dengan 3 teman seperjalanan dari Travel Troopers, penjelajahan pun dimulai dari menit ke 8 sejak kami melangkah keluar dari Bandara Internasional Lombok. Inilah cerita saya di Tanah Sasak.

Read more »

It’s time for LOMBOK TENGAH to be Explored

$
0
0


for more pictures, please check out my Instagram @harry_mdj
5 Hari 4 Malam Menjelajah Pulau Lombok (No Gili): Lombok Timur, Lombok Utara, Lombok Barat, Kota Mataram, Lombok Tengah.

It’s time for LOMBOK TENGAH

YES! Bersama dengan 3 teman seperjalanan dari Travel Troopers, penjelajahan pun dimulai dari menit ke 8 sejak kami melangkah keluar dari Bandara Internasional Lombok. Inilah cerita saya di Tanah Sasak.

Read more »

4 Babak dalam 1 Coffee Shop

$
0
0


Sebuah coffee shop yang tidaklah terlu luas, tetapi tidak terlalu kecil juga. Terletak tak jauh dari area pemukiman, berhimpitan dengan toko-toko lain di commercial district ini. Ruko-ruko berjejer rapi membentuk sebuah barisan-barisan kecil dan membentuk pola kotak-kotak.

BABAK 1

Gue memarkir mobil, 1 slot ke kanan dari pintu masuk coffee shop.

“Selamat sore dan Selamat datang” sapa 2 barista yang tampaknya terpotong percakapannya oleh bayang pintu yang gue buka.
“Sore” jawab gue sambil menyunggingkan senyum.
“Bisa dibantu dengan pesanannya?” tanya barista cewek dengan rambut dikepang manis.
“Pesen ice Americano satu yah” jawab gue.
“Ok, ko. Ada yang lain? pastry atau small bites-nya mungkin?” tawar si kepang manis.
Sejenak ada keheningan selagi mata gue menjelajah deretan pastry yang ter-display dengan manis di etalase kaca.
“Em, ama yang ini deh satu” kata gue memotong keheningan singkat itu, sambil jari tangan gue menunjuk sebuah pastry dengan topping buah-buahan segar.
“Ok. Semuanya jadi 75 ribu rupiah” tagih si kepang manis yang dari name tag di apron-nya,.bernama Andra,
“Terima kasih. Uangnya pas yah. Nanti pesanannya kami antar yah, ko” kata Andra sesaat setelah menerima uang yang gue kasih.
Read more »
Viewing all 100 articles
Browse latest View live