Quantcast
Channel: little moment like this
Viewing all 100 articles
Browse latest View live

Jelajah LAOS (Luang Prabang & Vientiane): ITINERARY dan REALISASI BIAYA

$
0
0


For more pictures, please check my Instagram @harry_mdj
Sekitar tahun 2012 atau 2013, seorang teman baik bernama Dina Rosita (yupe, Dina @duaransel) mengirimkan sebuah post card dengan gambar sebuah dhammasala (aula berdoa bagi umat Buddha Theravada) yang dipenuhi oleh para Bhante (Bhikkhu/Biksu) yang terlihat sedang mengalunkan puja.

Gue ingat banget, waktu itu Dina sedang mengadakan kuis atau apa gitu, dengan hadiah kiriman post card langsung dari Luang Prabang, Laos. Gue kebetulan ga ikutan kuisnya dan ingat Dina berucap (kurang lebih), “Har kamu emang ga ikutan kuis, tapi aku kirimin post card nih. Pas lihat kartu pos itu, kok tetiba ingat kamu.” Gue menerima post card itu setelah beberapa lama, gembira dan sempat menempel post card tersebut untuk waktu yang lama di dinding kubikel gue di kantor.

Layaknya sebuah ramalan yang terkabul, scenery dalam kartu pos itu akhirnya gue saksikan dan rasakan dengan mata telanjang gue pada tanggal 13 Agustus 2017 ini. Dhammasala dari Wat Xieng Thong, yang meski tanpa para Bhikkhu, masih sama scenery-nya dengan kartu pos yang gue terima dari Dina beberapa tahun yang lalu. Dan inilah catatan gue selama Jelajah cepat Laos. Yupe, bukan cerita, tapi catatan kecil.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat hari kunjungan gue.
***
ITINERARY dan REALISASI BIAYA
***
Read more »

Jelajah LAOS (Luang Prabang & Vientiane): GENERAL

$
0
0


for more pictures, please check my Instagram @harry_mdj

Sekitar tahun 2012 atau 2013, seorang teman baik bernama Dina Rosita (yupe, Dina @duaransel) mengirimkan sebuah post card dengan gambar sebuah dhammasala (aula berdoa bagi umat Buddha Theravada) yang dipenuhi oleh para Bhante (Bhikkhu/Biksu) yang terlihat sedang mengalunkan puja.

Gue ingat banget, waktu itu Dina sedang mengadakan kuis atau apa gitu, dengan hadiah kiriman post card langsung dari Luang Prabang, Laos. Gue kebetulan ga ikutan kuisnya dan ingat Dina berucap (kurang lebih), “Har kamu emang ga ikutan kuis, tapi aku kirimin post card nih. Pas lihat kartu pos itu, kok tetiba ingat kamu.” Gue menerima post card itu setelah beberapa lama, gembira dan sempat menempel post card tersebut untuk waktu yang lama di dinding kubikel gue di kantor.

Layaknya sebuah ramalan yang terkabul, scenery dalam kartu pos itu akhirnya gue saksikan dan rasakan dengan mata telanjang gue pada tanggal 13 Agustus 2017 ini. Dhammasala dari Wat Xieng Thong, yang meski tanpa para Bhikkhu, masih sama scenery-nya dengan kartu pos yang gue terima dari Dina beberapa tahun yang lalu. Dan inilah catatan gue selama Jelajah cepat Laos. Yupe, bukan cerita, tapi catatan kecil.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat hari kunjungan gue.

***
ALL ABOUT LAOS (GENERAL)
***
Read more »

Jelajah LAOS (Luang Prabang & Vientiane): DESTINATION

$
0
0


for more pictures, please check my Instagram @harry_mdj

Sekitar tahun 2012 atau 2013, seorang teman baik bernama Dina Rosita (yupe, Dina @duaransel) mengirimkan sebuah post card dengan gambar sebuah dhammasala (aula berdoa bagi umat Buddha Theravada) yang dipenuhi oleh para Bhante (Bhikkhu/Biksu) yang terlihat sedang mengalunkan puja.

Gue ingat banget, waktu itu Dina sedang mengadakan kuis atau apa gitu, dengan hadiah kiriman post card langsung dari Luang Prabang, Laos. Gue kebetulan ga ikutan kuisnya dan ingat Dina berucap (kurang lebih), “Har kamu emang ga ikutan kuis, tapi aku kirimin post card nih. Pas lihat kartu pos itu, kok tetiba ingat kamu.” Gue menerima post card itu setelah beberapa lama, gembira dan sempat menempel post card tersebut untuk waktu yang lama di dinding kubikel gue di kantor.

Layaknya sebuah ramalan yang terkabul, scenery dalam kartu pos itu akhirnya gue saksikan dan rasakan dengan mata telanjang gue pada tanggal 13 Agustus 2017 ini. Dhammasala dari Wat Xieng Thong, yang meski tanpa para Bhikkhu, masih sama scenery-nya dengan kartu pos yang gue terima dari Dina beberapa tahun yang lalu. Dan inilah catatan gue selama Jelajah cepat Laos. Yupe, bukan cerita, tapi catatan kecil.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat hari kunjungan gue.
***
ALL ABOUT LAOS (DESTINATION)
***
Read more »

Jelajah LAOS (Luang Prabang & Vientiane): CULINARY

$
0
0


for more pictures, please check my Instagram @harry_mdj

Sekitar tahun 2012 atau 2013, seorang teman baik bernama Dina Rosita (yupe, Dina @duaransel) mengirimkan sebuah post card dengan gambar sebuah dhammasala (aula berdoa bagi umat Buddha Theravada) yang dipenuhi oleh para Bhante (Bhikkhu/Biksu) yang terlihat sedang mengalunkan puja.

Gue ingat banget, waktu itu Dina sedang mengadakan kuis atau apa gitu, dengan hadiah kiriman post card langsung dari Luang Prabang, Laos. Gue kebetulan ga ikutan kuisnya dan ingat Dina berucap (kurang lebih), “Har kamu emang ga ikutan kuis, tapi aku kirimin post card nih. Pas lihat kartu pos itu, kok tetiba ingat kamu.” Gue menerima post card itu setelah beberapa lama, gembira dan sempat menempel post card tersebut untuk waktu yang lama di dinding kubikel gue di kantor.

Layaknya sebuah ramalan yang terkabul, scenery dalam kartu pos itu akhirnya gue saksikan dan rasakan dengan mata telanjang gue pada tanggal 13 Agustus 2017 ini. Dhammasala dari Wat Xieng Thong, yang meski tanpa para Bhikkhu, masih sama scenery-nya dengan kartu pos yang gue terima dari Dina beberapa tahun yang lalu. Dan inilah catatan gue selama Jelajah cepat Laos. Yupe, bukan cerita, tapi catatan kecil.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat hari kunjungan gue.
***
ALL ABOUT LAOS (CULINARY)
***
Read more »

11 Things, While You Were Traveling in Indonesia

$
0
0



Indonesia is consisting of more than 17 thousands islands and islets. Indonesia has hundreds of native languages and dialects, as well as cultures. We unite through our national language, Bahasa Indonesia. The descendant of immigrant, like Chinese, Arabian, Indian, etc, speaks, read and write fluently in Bahasa Indonesia. We sing our National Anthem, Indonesia Raya, together from west to east. We also have similar culture despite we have different details in each culture. We are the locals of Indonesia.

Me? I was born in Indonesia as Indonesia Citizen. I’m the youngest but the first born child as Indonesia Citizen. My parents were also born in Indonesia, as well as my big brother and sisters, yet they were holding some kind like China’s Passport until around late 70’ies. My grandparents were born in China and came to Indonesia when they were teens (in early 20th century). I don’t deny my Chinese thingy which run through my blood, yet I prefer people call me as Indonesian not Chinese, because by the law, by the birth and (first of all) by my heart, I am an Indonesian.

I’ve been traveling since I was a child. My parents did love traveling so much. I started to capture my travel moment in early 2000. I love traveling because by that time, I think I can completely being myself. Yet I can’t do traveling as many as I wish, because of the money and the time. Currently I work as financial planner in a listed company and I only get (max) 15 days for my annual leave.

Please check my exploring map and Instagram @harry_mdj

And here the 11 things that you have to know and aware, while you were traveling in Indonesia.

1.       RIGHT HAND (left hand is inappropriate)
I’m not sure why, but for sure left hand is considered as “dirty” hand. So, even for left handed, use your right hand to shake hand and to hand over anything to someone else in Indonesia. If somehow you have to use your left hand, “maaf menggunakan tangan kiri” (sorry to use my left hand) is the magic words to make your left hand forgiven. 

2.       BURP (inappropriate)
Burp, for most Indonesian (especially in big city) is considered as inappropriate. If by accident you burp, just say “maaf” (sorry) to make all sneers addressed to you into smiles. However in some specific area it is considered as a satisfaction and respect to the hostess after you finished the meal.
 
3.       FART (not cool)
In all around Indonesia, fart in public is not cool, especially when it follows by bad smell, period.

4.       HUMIDITY  (high humidity)
Even in the coldest day, you only need a thin jacket. Long coat is not common being used because it will make you sweating really badly even in the coldest day. However, in some place the weather could be up to minus. Like when you go to plateau and mountain.

5.        SHOWER (every day in the morning and in the evening)
Because of high humidity, it is common in Indonesia (especially in city) that locals take a bath at least twice a day. In the morning before you start your daily activities and in evening after you get home from office or work places.
Most Indonesian modern bathroom is equipped by water closet, most, with water mini spray. Like all Asian, Indonesian prefers to wash and clean up with water, than only using a toilet paper. However in traditional bathroom, Indonesian still using squat toilet (is it the right term?) and some without water mini spray or toilet paper. You have to use water scoop to wash. Be gently guys or it will be messy.

6.       FOOTWEAR (take off or used)
Footwear is always used in public area, restaurant, etc, like in other country, except praying area in Mosques and Buddhist Temple (Vihara).
However if you come visit to local’s private house, is considered as politeness to take off your footwear. Sometimes even when the house’s owner welcome you to come inside the house with footwear, it’s Indonesian way politeness to leave your footwear outside the house, especially when the floor is very clean with shiny tiles.

7.       SPICY LEVEL (high)
Spicy could means herby and hot as well. Indonesian delicacies for sure have complex flavors, mostly could be very herby. Yet, not all Indonesian delicacies are hot spicy. However you should be aware that Indonesian chili is one of the most hot spicy in the world, as well as chili paste.
Your circumspection to add chili paste to your meal or to order hot spicy delicacies in Indonesia may save you from burned mouth. For mostly Western and European, trust me dude, you r level of hot spiciness is way down than Indonesian.
Please aware that in all restaurant (traditional and international fast food brands) around Indonesia, they serve not only tomato sauce (ketchups) but also a chili sauce. For some western and European, Indonesian Chili Sauce is considered spicy.

8.       PERMISI (excuse me) and TERIMA KASIH (thank you)
The word “permisi” (or locals mostly say it as its short urban word “misi”) is common and considered as politeness when you will interrupt something, walking in front of sitting people, or walking through between people.
The word “terima kasih” (or locals mostly say it as its short urban word “makasih”) is common and considered as politeness like in other country.

9.       BULE (insulting? NO)
Bule (or Londo – Javanese) is the word for describe a white people especially as tourist/expatriates in Indonesia. For some, bule is considered as rich people and generous people. That’s why, in some tourist area, bule may will served with higher priority than domestic tourist. Please alert of spamming.
In some area, bule is not common. So, prepare yourself to be treated like a superstar. Some local may take your picture and/or ask you in frame with them. What should you do? say yes, because it will made their day and you will considered as a nice polite bule (not the cocky one).
However, base from my bule acquaintance’s story, in some place, you may find difficulties to get services that you need, because most of Indonesian do not speak English (especially in non-tourist and international business district). They don’t even to be around you and the worst, the waiters may ignore your hand waves. Be patient, your language could be a high barrier for them to understand what you want to say.
“The power” of bule is still has big impact in some place and some locals easily get intimidated by bule. Yes, it may follow by benefit and problems as well. So please keep your attitude, voice and tone nicely and locals will respect you more.

10.   Women’s Clothing (moderate)
Most Indonesian are conservative, especially in non-tourist area and small cities. Yet, it doesn’t require covered clothing for women, like in any Moslem’s country (except in Aceh Province). Tank top and hot pants are accepted in tourist area, big cities and cosmopolitan areas. Bikini is mostly accepted in tourist beaches but please be aware that bikini could be considered as inappropriate in some conservative tourist area.

11.   Staple Food (rice)
Like other Asian, steamed white rice is a staple food for Indonesian. Indonesian loves carb. Noodles and potato are sometimes considered as side dishes and eat with steamed rice.
All international brand fast food serves steamed rice in Indonesia, like Kentucky Fried Chicken, Burger King, Carls Jr., Mc Donald’s, Wendys, A&W, etc. Don’t look too surprised when you see Indonesian eat steamed rice with Mc Donald’s French fries. It’s a common thing here.

Why Eleven? No particular reason. Ijust wrote this article and stop in 11. Hopefully it helps, even little.

Mendadak Jelajah Toraja

$
0
0

Check my Instagram @harry_mdj for more pictures

“Gunung Agung-nya erupsi!” dan berawal dari kalimat pendek ini, maka rencana ber-long weekend di Ubud dan Sanur – Bali terpaksa dengan berat hati dibatalkan. Keputusan batal ini lebih dipicu oleh kondisi Bandara Ngurah Rai yang bisa tutup operasi sewaktu-waktu, sedangkan 3 dari kami (4) sudah harus ada di Jakarta kembali pada hari Senin-nya. Keputusan ini juga berimbas kepada ticket pesawat yang tidak bisa di-refund 100% dan begitu juga booking-an hotel di Ubud dan Sanur – Bali.

Imbas force major dan kerugian yang kami tanggung tak guna jua menyurutkan keingan untuk hengkang dari Jakarta selama long weekend Maulid di awal Desember kemarin. 1 hari sebelum dimulainya masa long weekend, akhirnya kami ber-4 memutuskan untuk merubah destinasi, dadakan issued ticket, booking akomodasi, transportasi ke dan di destinasi baru.

Jumat, 1 Desember 2017 (09:00 WITA).
Perwakilan Bintang Prima, Makassar.
Ber-4 kami duduk menunggu bus suspensi yang akan membawa kami melintas membelah Provinsi Sulawesi Selatan dari ujung Selatan menuju ke Utara. Ke Toraja kami akan menghabiskan long weekend ini. Keputusan yang cukup ambisius menurut saya tapinya tetap kami jalani dengan optimis.
Read more »

It's Time For IRAN

$
0
0

more picture: Instagram @harry_mdj
Pertama kali dengar tentang Negara ini pada tahun 1980-an. Pertama kali diajak ngebolang ke Negara ini pada tahun 2016. Pertama kali keracun dan memutuskan buat ngebolang ke Negara ini pada tahun 2017. Pertama kali menginjakkan kaki ke tanah Rumi ini pada tahun 2018. Akhirnya setelah penantian berbulan-bulan, It’s time for IRAN!

Dengan beberapa informasi dan rekomendasi dari internet serta bantuan dari sahabat yang berhasil ngeracunin gue, itinerary jelajah IRAN pun tersusun juga dengan optimisme yang cukup tinggi. Dalam waktu 6 hari 5 malam di Iran, kami (gue dan 2 teman seperjalanan) memutuskan untuk mengunjungi 4 kota besar (plus 2 suburb). Waktu yang sangat mepet sekali. Inilah yang terjadi saat itinerary baru dipikirin setelah membeli tiket promo dadakan, walhasil keinginan banyak tapi waktu kurang.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat hari kunjungan gue.
Read more »

It's Time for IRAN - Expenses Realization

$
0
0
more pictures in Instagram @harry_mdj
Pertama kali dengar tentang Negara ini pada tahun 1980-an. Pertama kali diajak ngebolang ke Negara ini pada tahun 2016. Pertama kali keracun dan memutuskan buat ngebolang ke Negara ini pada tahun 2017. Pertama kali menginjakkan kaki ke tanah Rumi ini pada tahun 2018. Akhirnya setelah penantian berbulan-bulan, It’s time for IRAN!

Realisasi itinerary dan biaya akan gue share, tetapi hanya sebatas biaya yang relative mandatory selama Jelajah Iran. Untuk biaya beli souvenir dan ngafe-ngafe tetap akan gue share tetapi hanya info-nya saja (di artikel yang berbeda), tidak akan masuk ke dalam totalan biaya realisasi. Please aware, dalam perjalanan ini gue bersama dengan 2 orang teman seperjalanan, jadi semua biaya bersama kami bagi ber 3 dan biaya yang gue tampilin di sini adalah biaya per 1 orang.

Realisasi biaya TIDAK termasuk:
1.     Biaya snack, additional mineral water (yang belinya pribadi).
2.     Biaya toilet selama di Iran (FREE di semua tempat).
3.     Biaya shopping souvenir di Iran dan Duty Free.
4.     Biaya additional makan minum selama transit di Kuala Lumpur (kecuali yang bertepatan dengan jam makan).
5.     Biaya additional In Flight Meals di Air Asia (kecuali yang bertepatan dengan jam makan).
6.     Biaya transportasi dan makan minum selama menuju, di, dan dari Soekarna Hatta International Airport.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat hari kunjungan gue.
Read more »

It's time for IRAN! - ISFAHAN

$
0
0

More pictures in Instagram @harry_mdj

Pertama kali dengar tentang Negara ini pada tahun 1980-an. Pertama kali diajak ngebolang ke Negara ini pada tahun 2016. Pertama kali keracun dan memutuskan buat ngebolang ke Negara ini pada tahun 2017. Pertama kali menginjakkan kaki ke tanah Rumi ini pada tahun 2018. Akhirnya setelah penantian berbulan-bulan, It’s time for IRAN!
Blank? Baca ini dulu: It's time for Iran - General

Kota pertama yang kami (gue dan 2 teman seperjalanan) kunjungi adalah Isfahan (aka. Esfahan). Kota terbesar ke tiga di Iran yang terletak sekitar berkendara 6 jam dari Tehran ini, juga merupakan ibukota propinsi dari Propinsi Isfahan. Isfahan dengan segudang situs-situs kuno yang tercatat telah berdiri sejak abad ke 11. Sebuah kota cantik yang menjadi pujaan dan inspirasi dari beberapa pujangga ternama, seperti Rumi misalnya.

Artikel ini, it’s all about short city tour in Isfahan. We had only literally 18 hours in Isfahan (include sleeping time). Such a short time! I KNOW, RIGHT! So yuk tengok kemana saja kami ngelayap di Isfahan. It’s Isfahan in 18 hours.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat kunjungan gue. Jelajah Iran dilakukan di akhir bulan February (musim dingin). Winter is here! Suhu rata-rata: di malam dan dini hari adalah 4 sd. 8 derajat celcius, sedangkan di siang hari mencapai 10 sd. 14 derajat celcius. Suhu di Tochal Ski Resort lvl 5 adalah minus 4 derajat celcius dan di lvl 7, minus 9 derajat celcius.
Read more »

It's Time for IRAN! - YAZD (include BAFQ & FAHRAJ)

$
0
0

more pictures in Instagram @harry_mdj

Pertama kali dengar tentang Negara ini pada tahun 1980-an. Pertama kali diajak ngebolang ke Negara ini pada tahun 2016. Pertama kali keracun dan memutuskan buat ngebolang ke Negara ini pada tahun 2017. Pertama kali menginjakkan kaki ke tanah Rumi ini pada tahun 2018. Akhirnya setelah penantian berbulan-bulan, It’s time for IRAN!
Blank? Baca ini dulu: It's Time for Iran

Kota kedua yang kami (gue dan 2 teman seperjalanan) kunjungi adalah Yazd (+ melipir jauhan dikit ke Bafq dan Fahraj). Kota tertua di dunia yang masih dihuni sampai saat ini, terletak sekitar berkendara 4 jam dari Isfahan. Yazd juga merupakan ibukota propinsi dari Propinsi Yazd. Yazd sangat terkenal dengan situs-situs agama Zoroastrianism dan bagian old town atau old city Yazd juga tercatat sebagai UNESCO World Heritage Site. Sebuah kota cantik yang menjadi favorite saya selama jelajah Iran.

Artikel ini, it’s all about “ga short-short banget” city tour di Yazd. We had only literally 29 hours in Yazd (include sleeping time). Such a short time! I KNOW, RIGHT! So yuk tengok kemana saja kami ngelayap di Yazd. It’s Yazd in 29 hours.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat kunjungan gue. Jelajah Iran dilakukan di akhir bulan February (musim dingin). Winter is here! Suhu rata-rata: di malam dan dini hari adalah 4 sd. 8 derajat celcius, sedangkan di siang hari mencapai 10 sd. 14 derajat celcius. Suhu di Tochal Ski Resort lvl 5 adalah minus 4 derajat celcius dan di lvl 7, minus 9 derajat celcius.
Read more »

It's Time for IRAN! - SHIRAZ (include Persepolis)

$
0
0

more pictures in Instagram @harry_mdj
Pertama kali dengar tentang Negara ini pada tahun 1980-an. Pertama kali diajak ngebolang ke Negara ini pada tahun 2016. Pertama kali keracun dan memutuskan buat ngebolang ke Negara ini pada tahun 2017. Pertama kali menginjakkan kaki ke tanah Rumi ini pada tahun 2018. Akhirnya setelah penantian berbulan-bulan, It’s time for IRAN!
Blank? Baca ini dulu: It's Time for Iran

Kota ketiga yang kami (gue dan 2 teman seperjalanan) kunjungi adalah Shiraz (include Persepolis). Salah satu kota tua dari Persia Kuno ini, terletak sekitar berkendara 6,5 jam dari Yazd. Shiraz juga merupakan ibukota propinsi dari Propinsi Fars dan merupakan salah satu kota terpadat di Iran. Shiraz sangat terkenal dengan beberapa situs yang antara lain adalah Pink Mosque, Shah Cheragh dan Persepolis Complex.

Artikel ini, it’s all about short city tour di Shiraz. We had only literally 18 hours in Shiraz (include sleeping time). Such a short time! I KNOW, RIGHT! So yuk tengok kemana saja kami ngelayap di Shiraz. It’s Shiraz in 18 hours.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat kunjungan gue. Jelajah Iran dilakukan di akhir bulan February (musim dingin). Winter is here! Suhu rata-rata: di malam dan dini hari adalah 4 sd. 8 derajat celcius, sedangkan di siang hari mencapai 10 sd. 14 derajat celcius. Suhu di Tochal Ski Resort lvl 5 adalah minus 4 derajat celcius dan di lvl 7, minus 9 derajat celcius.
Read more »

It's Time for IRAN - TEHRAN

$
0
0

more pictures in Instagram @harry_mdj

Pertama kali dengar tentang Negara ini pada tahun 1980-an. Pertama kali diajak ngebolang ke Negara ini pada tahun 2016. Pertama kali keracun dan memutuskan buat ngebolang ke Negara ini pada tahun 2017. Pertama kali menginjakkan kaki ke tanah Rumi ini pada tahun 2018. Akhirnya setelah penantian berbulan-bulan, It’s time for IRAN!
Blank? Baca ini dulu:

Kota keempat dan terakhir yang kami (gue dan 2 teman seperjalanan) kunjungi adalah Tehran, ibukota Negara Iran. Salah satu kota tua dari Persia Kuno yang juga merupakan salah satu dari pusat perdagangan Silk Road kuno. Tehran juga merupakan ibukota propinsi dari Propinsi Tehran dan merupakan kota terpadat di Iran serta di Asia Barat. Nama Tehran sendiri masih belum diketahui jelas asal usulnya tetapi sudah dipakai sejak lebih dari 7.000 tahun yang lalu. Tehran mempunyai banyak sekali historical places dan landmarks yang sangat terkenal dan menarik. Sayangnya kami tidak punya cukup waktu untuk mengunjungi semua landmarks dan historical places itu.

Artikel ini, it’s all about city tour di Tehran. We had only literally 41 hours in Tehran (include sleeping time). Such a short time with so many destinations! I KNOW, RIGHT! So yuk tengok kemana saja kami ngelayap di Tehran. It’s Tehran in 41 hours.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat kunjungan gue. Jelajah Iran dilakukan di akhir bulan February (musim dingin). Winter is here! Suhu rata-rata: di malam dan dini hari adalah 4 sd. 8 derajat celcius, sedangkan di siang hari mencapai 10 sd. 14 derajat celcius. Suhu di Tochal Ski Resort lvl 5 adalah minus 4 derajat celcius dan di lvl 7, minus 9 derajat celcius.
Read more »

It's Time for LADAKH, India

$
0
0

more pictures in Instagram @harry_mdj

“Pergi kemana Har?”
“Ladakh.”
“Heh? Mana tuh? Baru denger?”
“Di India bro, India utara sono.”
“Buset, kaga pernah dengar. Baru tahu. Kok elo bisa tahu?”
“Iya bro, temen sudah ada yang pernah ke sana trus kalo elo pernah nonton film India, 3 idiots, nah Ladakh tuh ada di scene terakhir tuh film.”

Ladakh, India, memang belum terlalu popular sebagai destinasi wisata. Konon, bagi orang lokal pun, Ladakh baru mulai berkembang pesat dunia pariwisatanya, sejak dan mengikuti suksesnya film India, 3 idiots, pada tahun 2009 lampau.

Ketika teman seperjalanan mengajak gue ke Ladakh, tanpa berpikir 2x, gue langsung mengiyakan ajakan itu. Tentunya dengan iming-iming ada promo tiket Air Asia PP Jakarta ke New Delhi (transit di Kuala Lumpur). Sialnya, karena beberapa kondisi akhirnya kami membeli tiket PP dengan durasi yang kurang lama, sehingga kami hanya meng-explore sebagian kecil Ladakh saja. Seperti biasa, penyakit beli tiket dulu baru bikin itinerary belakangan.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat hari kunjungan gue.
Read more »

It's Time for LADAKH, India - Expenses Realization

$
0
0

more pictures in Instagram @harry_mdj



Realisasi itinerary dan biaya yang gue share, hanya sebatas biaya yang relative mandatory selama Jelajah Ladakh. Untuk biaya beli souvenir dan ngafe-ngafe tetap akan gue share tetapi hanya info-nya saja (di artikel yang berbeda), tidak akan masuk ke dalam totalan biaya realisasi. Please aware, dalam perjalanan ini gue bersama dengan 3 orang teman seperjalanan, jadi ada biaya yang kami bagi ber 4 dan biaya yang gue tampilin di sini adalah biaya per 1 orang.

Realisasi biaya TIDAK termasuk:
1.     Biaya snack, additional mineral water.
2.     Biaya toilet selama di Ladakh & Delhi (FREE di semua tempat).
3.     Biaya shopping souvenir di Ladakh dan Duty Free Indira Gandhi IA.
4.   Biaya additional makan minum selama transit di Kuala Lumpur (kecuali yang bertepatan dengan jam makan).
5.     Biaya additional In Flight Meals di Air Asia (kecuali yang bertepatan dengan jam makan).
6.     Biaya transportasi dan makan minum selama menuju, di, dan dari Soekarna Hatta International Airport.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat hari kunjungan gue.
Read more »

It's time for Ladakh - The Story

$
0
0
more pictures in Instagram @harry_mdj

Ladakh atau Tibet Kecil adalah suatu wilayah bagian dari Pemerintahan Jammu dan Kashmir (semacam propinsi) di India Utara, dengan ibukota Leh. Penduduk asli Ladakh (Ladakhi) mayoritas beragama Buddha dan konon nenek moyang mereka lebih cenderung ke Mongolian. Ketika teman seperjalanan mengajak gue ke Ladakh, tanpa berpikir panjang, gue langsung mengiyakan ajakan itu. Sialnya, karena beberapa kondisi akhirnya kami membeli tiket PP dengan durasi yang kurang lama, sehingga kami hanya punya waktu meng-explore sebagian kecil Ladakh saja.

Ladakh merupakan salah satu dataran tertinggi di dunia, maka umumnya bagi turis (baik domestic maupun mancanegara) diharuskan menyediakan waktu aklimatisasi (dalam hal ini, merupakan waktu tubuh untuk penyesuaian dengan kadar oksigen yang sangat rendah). Commonly dibutuhkan waktu 1 sampai dengan 2 hari untuk proses ini dengan kegiatan istirahat, santai dan aktivitas-aktivitas ringan. Mountain sickness akibat gagalnya proses aklimatisasi, akan membuat perjalananan meng-explore Ladakh menjadi sangat tidak nyaman.

Best season untuk mengunjungi Ladakh adalah pada saat musim panas karena cuaca dinginnya tidak se-extreme pada musim-musim lainnya. Saat musim panas, di siang hari cenderung hangat sejuk dan di beberapa tempat, pada malam hari suhu bisa drop hingga 5ºC. Tetap saja dingin yah buat kita orang tropis.

Ini dia cerita jelajah Ladakh singkat gue bersama 3 teman seperjalanan.

What about Ladakh? Baca dulu ini 101-nya: It's Time for Ladakh - 101

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat hari kunjungan gue.
Read more »

Singapore Tipis-tipis 2018

$
0
0
more pictures in Instagram @harry_mdj

“Har, jatah replace off lo masih ada dua hari lho.”
“Oh iya! Yang dari acara GWK kemarin.”
“Iya. Hangus lho akhir bulan ini.”
“WHAT!”
“Replace off maksimal cuma 30 hari sejak diajuin.”
“WHAT! … duh kemana yah? Masa diambil cuma buat bengong di rumah?”

Dan 2 minggu kemudian, berdirilah gue di jalur antrian imigrasi kedatangan di Terminal 4 Changi International Airport.

Transit? Nope. Sejak terakhir kalinya gue ke Singapore (tahun 2012), akhirnya 6 tahun kemudian baru kesempatan balik lagi ke negara ini. Explore till drop? Nope. Gue lagi pingin jalan-jalan malas. So 4 hari 3 malam di Singapore, ga banyak tempat yang gue kunjungi.
Read more »

It's Time for JAPAN

$
0
0

 

Instagram @harry_mdj

Where do I start? It’s JAPAN! One of the most wanted destinations in Asia for the past few years. “Have you been to Japan?”, “You have to go to Japan, Har!”, “You must love Japan! I know you”, “One time is not enough for Japan.”

So when a good friend of mine asked me to join him for Japan, I said “Count me in, bud!”

And here we go, months later, in Japan.

Kali ini, dikarenakan kesibukan ala-ala, dari moving for good from Republik Tangerang tercinta ke Bali. Plus penyesuaian jam kerja hingga budaya kerja dan industry serta bisnis yang berbeda dari yang biasa gue tangani di Tangerang, maka gue akan merangkum 2 kali kunjungan gue ke Jepang. Bulan Mei 2019 dan Bulan February 2020 (Yes! Ke Jepang sekali tuh ga cukup).

Bukan sok sibuk tapi emang sibuk haha.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat hari kunjungan gue.

***

Read more »

It's Time for JAPAN - Expenses Realization (2019 & 2020)

$
0
0
Instagram @harry_mdj
 
Realisasi itinerary dan biaya yang gue share, hanya sebatas biaya yang relative mandatory selama Jelajah Jepang. Untuk biaya beli souvenir dan ngafe-ngafe tidak akan gue share. Please aware, dalam perjalanan ini gue bersama dengan 1 orang teman seperjalanan jadi ada biaya yang kami bagi ber 2 tetapi biaya yang gue tampilin di sini sudah biaya per 1 orang.

Realisasi biaya TIDAK termasuk:
1.     Biaya snack, additional mineral water.
2.     Biaya toilet selama di Jepang (FREE di semua tempat).
3.     Biaya shopping souvenir di Jepang dan Duty Free Narita INternational Airport.
4.    Biaya transportasi dan makan minum selama menuju, di, dan dari Soekarna Hatta International Airport.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat hari kunjungan gue.
***
Read more »

It's Time for JAPAN - The Story in 2019

$
0
0
Instagram @harry_mdj

Where do I start? It’s JAPAN! One of the most wanted destinations in Asia for the past few years. “Have you been to Japan?”, “You have to go to Japan, Har!”, “You will love Japan! I know you”, “One time is not enough for Japan.”

So when a good friend of mine asked me to join him for Japan, I said “Count me in, bud!”

And here we go, months later, in Japan.

Kali ini, dikarenakan kesibukan ala-ala, dari moving for good from Republik Tangerang tercinta ke Bali. Plus penyesuaian jam kerja hingga budaya kerja dan industry serta bisnis yang berbeda dari yang biasa gue tangani di Tangerang, maka gue akan merangkum 2 kali kunjungan gue ke Jepang. Bulan Mei 2019 dan Bulan Februari 2020. Yes! One time is not enough!

Bukan sok sibuk tapi emang sibuk banget.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat hari kunjungan gue.

***

Read more »

It's Time for JAPAN - The story in 2020

$
0
0

 

Instagram @harry_mdj

Where do I start? It’s JAPAN! One of the most wanted destinations in Asia for the past few years. “Have you been to Japan?”, “You have to go to Japan, Har!”, “You will love Japan! I know you”, “One time is not enough for Japan.”

So when a good friend of mine asked me to join him for Japan, I said “Count me in, bud!”

And here we go, months later, in Japan.

Kali ini, dikarenakan kesibukan ala-ala, dari moving for good from Republik Tangerang tercinta ke Bali. Plus penyesuaian jam kerja hingga budaya kerja dan industry serta bisnis yang berbeda dari yang biasa gue tangani di Tangerang, maka gue akan merangkum 2 kali kunjungan gue ke Jepang. Bulan Mei 2019 dan Bulan Februari 2020. Yes! One time is not enough!

Bukan sok sibuk tapi emang sibuk banget.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat hari kunjungan gue.

***

Read more »
Viewing all 100 articles
Browse latest View live