Saya membuka mata dan
hanya memandang kegelapan di jalanan yang dilalui oleh bus kami. Sesekali kelam
itu dinodai dengan setitik cahaya kecil yang semakin lama semakin besar dan
dalam sekelebatan, menghilang ke arah yang berbeda. Dengan mengandalkan cahaya
remang dalam bus, saya melirik malas ke jam di tangan.
“Hm … masih pukul 3
pagi lebih dikit” dalam hati saya berucap, “masih sekitar 3 jam lagi.”
Bus yang saya tumpangi
bersama dengan 3 teman seperjalanan, melaju dengan cepat tetapi tenang, yang sempat
menina-bobokan kami satu persatu. Saya kembali memejamkan mata, yang sesaat
kemudian kembali terbuka, yakin bahwa saya tidak akan bisa tertidur lagi. Saya
lirik teman-teman seperjalanan dan mereka tampak nyenyak sekali.
“Dengerin lagu aja dah,”
pikir saya sembari mengambil hp dan
mulai memutar lagu di gallerymusic-nya. Menikmatinya lirik dan alunan
nada melalui earphone sebagai teman
sisa perjalanan ini. Perjalanan panjang
menembus malam, meninggalkan bayangan misterius Kapadokya jauh di belakang
untuk menjadi sebuah kenangan yang mungkin nantinya akan menjadi sebuah cerita.
Cerita yang akan saya tuturkan kepada siapa saja yang mungkin meminta. Cerita
sebuah perjalanan, cerita tentang hidup dan cerita tentang melanjutkan
hari-hari dalam Jelajah Turki. Saatnya Pamukkale untuk menorehkan kenangannya.
“Maybe
we're perfect strangers, maybe it's not forever. Maybe the night will change
us, maybe we'll stay together. Maybe we'll walk away…”
Read more »