Street
food istilah kerennya! Di Indonesia tercinta ini, street food lebih dikenal
dengan julukan warung tenda aka. abang-abang. Dari warung tenda seafood sampai
warung tenda nasi uduk. Dari abang siomay sampai abang jual kopi instant. Di
luar negeri juga ga jauh beda, dari warung ini sampai warung itu dan dari “abang”
ini sampai “abang” itu.
Street
food identik dengan makanan/minuman orang lokal dengan harga yang relative
bersahabat bagi pembelinya, terutama untuk takaran konsumen lokal. Menjual
beraneka ragam makanan dan minuman yang cenderung bernuansa khas/common dan
yang lagi populer, dari area dimana street food tersebut ditemui. Ambil contoh
di Yogyakarta, tentunya banyak ditemui ibu-ibu penjual gudeg di pinggir jalan.
Contoh lain di Hanoi, Vietnam, akan banyak ditemui penjual pho di tepi-tepi
jalan raya, di sepenjuru kota.
Bagi
saya street food adalah jati diri dan inti dari budaya suatu bangsa. Kenapa?
Karena street food adalah makanan yang dikonsumsi dari semua lapisan masyarakat
pada umumnya, dari yang muda sampai yang tua, dari yang kekurangan sampai yang
kaya raya. Street food adalah sesuatu yang nyata, dimana penikmatnya tidak
perlu banyak berlagak dalam menyantapnya, tidak perlu memenuhi aturan etika
tertentu dalam menyantapnya. Nyata karena penikmat street food melakukan apapun
yag mereka mau dalam menyantap sajian budaya tersebut. Penikmat street food tak
peduli dengan segala ke-fancy-an dan keanggunan dalam menikmatinya. Jilatan
bumbu yang meleleh di jemari adalah menjadi pelengkap nikmat dalam menyantap
street food.
Berikut
adalah kalimat pertama yang terlintas dari 99 teman, begitu mendengar kata-kata
street food. Penasaran dengan pendapat para teman yang terdiri dari beragam
background, beragam profesi? Yuk kita tengok komentar-komentar mereka.
Read more »